NODA HITAM DIBALIK KEBERHASILAN UJIAN NASIONAL

Kamis, 12 Maret 2009
PENDIDIKAN, semua orang tahu betapa pentingnya pendidikan bagi siapa saja yang ingin sukses dan berhasil dalam hidupnya. Pernahkah kalian menemukan orang yang sukses tanpa pernah menjalani dan mendapat pendidikan? Tentu tidak bukan. Namun saangnya sekarang ini tujuan pendidikan yang tadinya ingin mencetak orang-orang terpelajar dan cerdas otak dan akhlaknya telah diwarnai dengan noda sehingga output yang dihasilan adalah keberhasilan imitasi alias palsu. Kelihatannya saja berhasil tetapi pada dasarnya gagal, bahkan dalam banyak hal.
Sudah menjadi rahasia umum fakta-fakta di balik keberhasilan UAN. Seperti yang kita ketahui, rata-rata siswa lulus bahkan dengan nilai yang tinggi. Dan hal ini kadang mejadi aneh karena pada waktu try out banyak yang tidak lulus. Apa yang terjadi? Apakah mungkin seorang anak bisa menjadi sangat pintar dalam selang waktu yang sangat singkat yang tadinya saat try out mendapat nilai 2 dan saat UN mendapat nilai 8.
Ternyata berdasarkan informasi yang dilaporkan seorang pengirim SMS di Koran beberapa waktu yang lalu memang ada terjadi kecurangan dalam UN, di mana para siswa mendapat bantuan baik dari joki ataupun guru yang memberikan jawaban. Lucu sekali karena selama 3 tahun belajar, baik siswa maupun guru yang bersangkutan tidak memiliki kemampuan sesuai yang diharapkan, mereka lulus bukan karena kemampuan dan kepintaran yang mereka miliki melainkan karena bantuan pihak ketiga. Tidak adil memang bagi siswa yang benar-benar belajar dengan sungguh-sungguh jika melihat kenyataan temannya yang memang tidak pandai mendapat nilai tinggi sama seperti dirinya.
Sekarang ini pemerintah terus meningkatkan standar kelulusan, dan ini sepertinya akan terus ditingkatkan samapi pemerintah mendapatkan standar kelulusan yang diinginkan. Menghadapi kenyataan ini para siswa dan guru tentunya semakin merasa terbebani. Dan bagaimanapun seringnya unjuk rasa dan penolakan yang dilakukan tidak akan menyurutkan niat pemerintah tersebut. Tentu saja pemerintah tidak mempedulikan keberatan pihak-pihak yang berunjuk rasa karena pada kenyataannya nilai-nilai siswa selalu tinggi dalam 2 tahun terakhir ini.
Seandainya semua orang mau jujur dengan melaksanakan UN tanpa ada kecurangan bantuan dari pihak ketiga, sehingga nilai yang keluar nanti menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentu pemerintah tidak akan tinggal diam. Kita tidak perlu malu mengakui kalau di daerah kita tingkat pendidikan masih di bawah standar, dengan begitu kita dapat memikirkan langkah apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu standar pendidikan. Pemerintah pun tentu tidak akan tinggal diam, tentu aka nada usaha dari mereka untuk mensejajarkan mutu pendidikan kita dengan pemerintah pusat di daerah Jakarta. Apakah tindak lanjutnya dnegan meningkatkan mutu pendidikan guru dan meningkatkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh sekolah. Kalau pemerintah sendiri selalu dikelabui dengan nilai UN yang tinggi, mana mereka tahu kalau sebenarnya kita masih tertinggal.
Sayangnya tidak semua menyadari akan hal itu, orang lebih senang diakui sederejat dengan yang lain meski harus mendustakan dan menipu. Dibalik itu semua, perlu dipertanyakan keprofesionalan dan kompetennya seorang guru, bukannya sudah mendapat sertifikasi ? tetapi melakukan kecurangan, di mana rasa malunya. Menolong orang itu bagus, tetapi dalam hal kebathilan akan menjadi dosa. Sudah menjadi tugas guru mendidik siswa menjadi orang yang cerdas dan berilmu, tetapi dengan kecurangan UN di akhir tahun sekolah mereka haruskah kita menjadikan para siswa manusia yang bermental pengemis dan penipu. Saatnya kita semua merenungkan dan memikirkan jalan keluar terhadap masalah UN yang penuh dengan kecurangan ini. Negara ini tidak akan pernah maju kalau generasi penerusnya adalah seorang penipu.
Meskipun tidak semua sekolah melakukan kecurangan, mari kita semua saling mengingatkan demi kebaikan. Rezeki datangnya tidak dari selembar kertas, tetapi dari Allah SWT, siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkan apa yang diinginkan. Jangan marah pada saya yang menuliskan masalah ini, semata-mata tujuan saya hanya untuk merubah tradisi yang nyeleneh. Wata’awanu ‘alal birri wat taqwa, wa laa ta’awanu ‘alal itsmi wal ‘udwaan.

5 komentar:

COLOURFUL mengatakan...

yup, saya sependapat sama ibu.
apa gunanya sekolah tiga tahun kalo waktu ujiannya di kasih tau. apa ngga sia-sia?? truz apa gunanya semua penjelasan dari guru-guru kalo waktu ujiannya ngga dikasih bocoran. kalo gitu lebih baik guru ngga usah menjelaskan kalo nantinya dapat bocoran juga. yang bener itu meningkatkan dosa bukannya meningkat standar pendidikan. hayo???????

Bop mengatakan...

ini jelas-jelas melanggar UNDANG-UNDANG didalam UU SISDIKNAS Nomor 20 tahun 2003,Kelulusan ditentukan oleh satuan pendidikan dan guru, bukan pemerintah. UN bukan segala-galanya untuk menentukan kelulusan seorang siswa. Saya tidak setuju UN dijadikan parameter. Seharusnya UN dijadikan pembinaan bagi daerah-daerah yang jauh tertinggal pendidikannya, sehingga dipercepat peningkatan kualitas pendidikan di sana,Solusinya, UN silakan saja dilanjutkan, namun bukan menjadi satu-satunya alat kelulusan siswa. Kembalikan ke sekolah dan guru menilainya. Selain itu, pengawasan UN diperketat lagi, guna meminimalisir kebocoran dan kecurangan.

alpian uniska mengatakan...

assalamualaikum wr.wb..
apa kabar ibu Nazila yang paling cantik d MANDA..?
he..

Semoga pian selalu sehat-sehat saja dalam memberi pelajaran di MANDA..
Amin..

Ulun setuju dengan tulisan ibu, percuma saja di sekolah-sekolah diadakan proses belajar mengajar kalau ujung-ujungnya harus ada kecurangan seperti itu dalam ujian terakhir. Seharusnya ujian tersebut benar-benar harus dijadikan ujian dalam pembelajaran diri kita, dan cuma itu kita juga dituntuk harus bersikap jujur dalam pelaksanaanya.
Kalau menurut ulun lebih baik ujian tersebut di berikan kepercayaan sepenuhnya kepada guru-guru yang mengajar di sekolah masing-masing, kan cuma guru sekolah tersebut yang tau menau tentang kondisi murid-muridnya. Semoga aja beberapa tahun kemudian tidak ada lagi kecurangan dalam dunia pendidikan kita. Amin..

oiya bu, ulun minta doa nya ya. insya allah ulun tahun ini mau ngambil kuliah tp sambil kerja. Tapi sampai sekarang ulun masih bingung mau kuliah dimana. ada sih banyangan dari ulun mau kuliah dimana nantinya, menurut pian lebih baik kuliah di unlam ngambil hukum atau di IAIN ngambil Ekonomi Islam..?

Anonim mengatakan...

UN memang dijadikan alat tuk menghasilkan uang,,ya beginilah sistem pendidikankapitalis..

EL-FIKRI mengatakan...

ya beginilah sistem pendidikan kapitalis sekuler ..siapa yg buat peraturan ,,siapa yg melanggar..berbagai cara akan dilakukan demi mendapat keuntungan..